Seorang pemudi bernama Dora, berasal dari keluarga mampu, memiliki
kebiasaan yang buruk. Dengan bermodalkan uang bulanan yang cukup banyak,
Dora selalu menghambur-hamburkan seluruh uangnya untuk membeli apa saja
yang menurutnya bagus.
Saat matanya melihat smartphone canggih
keluaran terbaru, dengan hanya menggosokkan kartu kredit ke mesinnya,
smartphone tersebut sudah menjadi miliknya. Suatu kebanggaan yang pasti
akan dipamerkan kepada teman-temannya. Dora berpikir, toh orang tuanya
yang melunasi tagihan kartu kreditnya.
Saat hidungnya mencium bau
parfum yang wangi, walaupun berharga jutaan, Dora tidak segan-segan
merogoh koceknya dalam-dalam untuk membeli parfum bermerek tersebut.
Dora berpikir, toh uang bulanannya masih bersisa banyak.
Saat
telinganya mendengar suara merdu tape mobil bermerek terkenal, tanpa
berpikir panjang, Dora segera menukarkan tape mobil lamanya dengan yang
baru. Dora berpikir, toh bulan depan uang bulanannya akan diperbanyak
oleh orang tuanya.
Saat mulut dan lidahnya merasakan lezatnya
masakan dari restoran mewah, maka hampir setiap hari Dora menghabiskan
uangnya, hanya untuk menyantap masakan ala barat, yang jika
dihitung-hitung, untuk sekali makan sama nilainya dengan setengah gaji
pegawai kantor biasa. Dora berpikir, toh kalau nanti kekurangan duit,
tinggal telepon saja.
Saat kulitnya bersentuhan dengan kain
lembut dari pakaian bermerek terkenal, serta merta Dora akan memborong
beberapa buah pakaian tersebut, lengkap dengan aksesorisnya, walaupun
harganya sangat mahal. Dora berpikir, toh keluarganya adalah orang kaya
dan terpandang.
Kebiasaan buruk Dora yang terlalu memanjakan
panca inderanya berlangsung dalam waktu yang lama, hingga suatu ketika
bisnis ayahnya mengalami kebangkrutan. Dora merasa sangat terpukul.
Kebiasaanya menyantap makanan lezat, mendengar suara merdu, menggunakan
parfum mahal, mengenakan pakaian mewah dan mahal serta sering gonta
ganti smartphone canggih, harus ditinggalkannya.
Dora tidak dapat
menerima musibah ini. Kelima panca inderanya sudah memerangkap dirinya,
membelenggu pikirannya dan tidak dapat diajak kompromi agar inderanya
mau berhubungan dengan segala sesuatu yang tidak mewah dan tidak mahal.
Akhirnya Dora menyerah dalam kekalutan nalar berpikir yang jernih.
Kesemrawutan urat otaknya memaksa Dora harus hidup dalam dunia yang
berbeda dengan yang biasa dilakoninya. Sebuah rumah sakit jiwa, menjadi
tempatnya berteduh, entah sampai kapan...
Sobatku yang budiman...
Kita harus menyadari bahwa semua panca indera yaitu mata, hidung,
telinga, mulut dan kulit adalah suatu perangkap yang akan menguasai
jalan hidup kita ke arah yang sesat, jika kita tidak sanggup
mengendalikannya dengan baik atau membiarkan mereka menjadi liar.
Kelima panca indera itu selalu bermuara dari nafsu keinginan dan akan berujung kepada sifat keserakahan dan keangkuhan.
Saat kita membiasakan dan memanjakan mereka dengan sesuatu yang mahal,
mewah dan bermerek, kelak di saat ekonomi kita sedang terpuruk, maka
kita akan dihadapkan oleh dua pekerjaan berat yaitu harus bekerja lebih
keras untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup serta harus mampu menahan
diri dari nafsu keinginan dari sesuatu yang mewah dan bermerek.
Untuk lebih meringankan langkah dalam kehidupan kita di saat ini maupun
di saat depan, maka kita harus mampu mengontrol kelima indera
sebaik-baiknya.
Jangan membiasakan atau terlalu memanjakan
mereka, sebab suatu kebiasaan yang sudah berlangsung lama, akan teramat
sulit untuk diubah dan diarahkan ke jalan yang benar.
Post Top Ad
Friday, November 17, 2017
*PERANGKAP PANCA INDERA*
Tags
# Cerita Kesadaran Kehidupan
Cerita Kesadaran Kehidupan
Labels:
Cerita Kesadaran Kehidupan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih Tuhan...
Selalu Bersyukur dalam semua keadaan
Lascarya